Wacana Kepala BGN memasukkan serangga sebagai menu MBG menuai kontroversi
Saya bukan seorang profesor seperti Pak Dadan, tapi kalau alasannya pun akan diterapkan ke daerah-daerah yang biasa makan belalang, gak semua anak di sekopah tersebut suka makan serangga kan? Karena menu yang dimasak tentunya diharapkan bisa dimakan oleh mayoritas anak-anak. Disebutkan juga bahwa masyarakat di daerah Gunung Kidul biasa makan belalang, dan di Papua biasa makan ulat sagu. Tapi gak semua murid di daerah tersebut warga lokal, kan. Penduduk yang tinggal di daerah sana karena transmigrasi tentu seleranya berbeda. Menurut kalian gimana? Setuju kah serangga dijadikan menu MBG?